Kamis, 04 Desember 2008

Lawatan ke Jawa Timur

Malang dan Kediri
Kunjungan Direktur PTK-PNF ke Jawa Timur (I)

Malang, 26 April 2008, dalam lawatan keduanya ke Jawa Timur selama menjadi Direktur PTK-PNF, Erman Syamsuddin berkesempatan mengunjungi daerah Kabupaten Kediri dan Kota Kediri yang kemudian dilanjutkan menuju Kabupaten dan Kota Malang. Bersama dengan rombongan Bapak Harus Al Rasyid, Kepala BPPNFI Regional IV, Ajang Surachman, Kepala Seksi Pengembangan Karir Subdit Tendik PNF, Triana, Kasi Data dan Informasi BPPNFI Regional IV dan staf.
Erman Syamsuddin, tiba di Bandara Adi Sutjipto, Malang, tepat pukul 09.00 WIB, bersama rombongan langsung menuju Kediri, tepatnya di Hotel Lotus Garden, Kota Kediri. Lawatan ini bertepatan dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh BPPNFI Regional IV yaitu Pertemuan Forum PTK-PNF hasil binaan BPPNFI Regional IV dengan Direktur PTK-PNF dan Kepala BPPNFI Regional IV. Selama kurang lebih 3 (tiga) jam melakukan perjalanan Malang – Kediri, akhirnya rombongan tiba di Hotel Lotus Garden pukul 12.00 WIB, rombongan diterima oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri, Bapak Maki Ali, dengan keramahan orang Kediri yang menyejukkan hati.
Acara yang cukup semarak ini dihadiri hampir 200 orang dari unsur-unsur PTK-PNF, seperti Kasubdin PLS, Kepala SKB, Tim Akademisi SKB, PB SKB, serta perwakilan Foum/Asosiasi yang telah terbentuk di Kabupaten Kediri, Kota Kediri, Kabupaten Magetan dan Kota Jombang.
Acara yang dibukan oleh Bapak Maki Ali, Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri, dalam sambutannya beliau menggambarkan bahwa Kota Kediri saat ini merupakan sebuah kota urbanisasi dimana pendatang banyak yang bekerja disini, “Bahkan untuk pendidikan sudah cukup baik di kota tahu ini”, ujarnya. Bahkan menurut beliau untuk APS Kota Kediri sudah melebihi 100%, ini dikarenakan banyaknya para pendatang yang berasal dari Jombang, Kabupaten Kediri, Kabupaten Magetan yang bersekolah di Kota Kediri.
Kemudian dilanjutkan laporan dari Bapak Harun, Kepala BPPNFI Regional IV, dalam sambutannya ia menginformasikan peserta yang hadir dan rencana pertemuan ini yang sudah direncanakan sejak 2 (dua) tahun yang lalu. Kehadiran Bapak Direktur juga diharapkan dapat menginformasikan program terbaru.
Dalam sambutannya pada pembukaan acara tersebut Erman Syamsuddin mengatakan bahwa telah lama merencanakan pertemuan ini sejak 2 (dua) tahun yang lalu dengan Kepala BPPNFI Regional IV. “Kunjungan saya ke SKB Kota Kediri ini merupakan kunjungan saya ke 96 kali selama 2 (dua) tahun menjadi Direktur”, ujarnya. Selain memaparkan program Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan NonFormal tahun 2008 beliau menyampaikan beberapa hal pokok yang menjadi perhatiannya pada daerah Jawa Timur.
“Khusus Jawa Timur, Pak Harun mendapatkan tugas yang berat karena dari 36 Kabupaten/Kota yang ada hanya baru 20 Kabupaten/Kota yang terbentuk SKBnya, ini merupakan tantangan yang berat bagi BPPNFI, karena daerah Kabupaten/Kota tersebut merupakan kewajiban BPPNFI untuk menggendong kegiatan pendidikan nonformal didaerah tersebut”,ujarnya.
Selain itu beliau menambahkan agar asosiasi/forum PTK-PNF membangkitkan kebanggaan profesinya sebagai PTK-PNF melalui organisasinya seperti halnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI). "Saya sungguh bangga dengan kawan-kawan asosiasi/forum yang mau kesini, ini menandakan bahwa kawan-kawan mempunyai kebanggaan denagn profesinya", katanya.
Kebijakan Menteri Pendidikan Nasional saat ini untuk pendidikan nonformal bahwa PTK-PNF tidak difokuskan kepada pemberian insentif lagi akan tetapi pemberian pengakuan secara profesional kepada mereka terhadap bidang pekerjaan mereka. Sehingga diharapkan mereka dapat meningkatkan kesejahteraannya oleh masyarakat itu sendiri yang mengakui peran mereka. Ini juga sesuai dengan kenyataan bahwa pendidikan nonformal dari masyarakat dan untuk masyarakat, sesuai kebutuhan masyarakat, bahkan sesungguhnya mitra terbesarnya adalah masyarakat.
Erman kemudian membandingkan dengan adanya Undang-undang Guru dan Dosen, maka tunjangan yang harus dipersiapkan pemerintah adalah sebesar 70 trilyun, sebuah angka yang fatanstis. Sedangkan anggaran Departemen Pendidikan Nasional hanya 44 trilyun dengan seluruh program yang akan dilaksanakan pada tahun 2008. Melihat kenyataan tersebut, maka sudah barang tentu pendidikan nonformal harus membuka peluang-peluang baru dalam mensukseskan programnya dengan memberdayakan masyarakat.
Oleh karena itu, Direktorat PTK-PNF lebih menganggarkan anggaranya didistribusikan bagi daerah, tahun 2007 hampir 78% lebih anggaran diperuntukkan ke daerah-daerah baik dalam bentuk blockgrant, maupun dalam bentuk kerjasama. Semuanya dimaksud untuk memberikan stimulasi bagi pengembangan peningkatan mutu PTK-PNF khususnya, menggairahkan pendidikan nonformal pada umumnya.
Lanjutnya, sebagai contoh yang baik pula bahwa dalam merealisasikan dana APBN-P tahun 2007, 5 (lima) BPPNFI sudah melakukan kerjasama dengan training provider dari berbagai unsur, untuk Jawa Timur bahkan dari 13 kegiatan yang dilakukan, 3 sudah bekerjasama dengan Asosiasi/Forum PTK-PNF, 1 orsosmas, 3 Perguruan Tinggi dan 6 UPTD, sebuah pembagian yang cukup baik. Hal yang terbaik lagi adalah dengan mengurangi peran UPTD dalam melakukan pelatihan akan tetapi lebih kepada asosiasi/forum dan orsosmas.
Dalam kesempatan diskusi dengan peserta terungkap beberapa permasalahan yang dihadapi oleh mereka dilapangan seperti sebutan untuk asosiasi/forum agar dapat disamakan didaerah dan Pusat, kesejahteraan tutor, jumlah penerima tunjangan yang tidak sinkron bagi penilik, fungsi asosiasi atau forum, studi banding dan beasiswa ke luar negeri, peningkatan kompetensi instruktur kursus.
Menanggapi permasalahan tersebut beliau menjelaskan bahwa sebutan untuk asosiasi/forum kiranya sudah diformalkan oleh Direktorat PTK-PNF 11 asosiasi/forum PTK-PNF, sedangkan untuk ditingkat bawahnya menjadi permasalahan koordinasi internal mereka, untuk asosiasi/forum ke depan agar bisa menjadi training provider bagi diklat PTK-PNF.
Bagi HIPKI dan HISPPI kiranya antara SKB dapat melakukan kerjasama yang saling menguntungkan, karena banyak diantara kursus yang maju sehingga dapat membantu mensukseskan pendidikan nonformal, begitu juga kursus membutuhkan SKB sebagai wakil pemerintah dalam menjalankan kegiatannya, khususnya pendidikan nonformal. Hal yang sekarang menjadi permasalahan bagi instruktur kursus adalah adanya lembaga kursus asing yang masuk ke Indonesia, ini menjadi permasalahan bagi lembaga kursus apabila tidak meningkatkan mutu pembelajaran mereka, karena daya saing yang akan semakin tinggi.
Sedangkan program ke Luar Negeri yang direncanakan oleh Direktorat agak menjadi terhambat bila adanya pemotongan anggaran dari Pemerintah berkenaan dengan keuangan negara. Bila ini terjadi maka program yang dianggap patut adalah program-program tersebut. Terlebih lagi kini adanya pemikiran bahwa program tersebut adalah pemborosan, bukan PTK-PNF yang kesana akan tetapi dengan mendatangkan para pengajarnya ke sini dianggap menjadi lebih murah biayanya.
Dalam akhir penutupannya Erman Syamsuddin menekankan bahwa kekuatan dari pendidikan nonformal itu berada di masyarakat.
Setelah pertemuan ini rombongan melakukan kunjungan ke Lapas Kota Kediri, disini rombongan melihat model life skill untuk narapidana yang sudah dilakukan oleh PKBM yang berada di Lapas tersebut. Dalam pertemuan yang dihadiri oleh Kepala Lapas, Ketua Pengelola PKBM, didampingi oleh Bapak Maki Ali, serta para narapidana sejumlah ± 40 orang. Dalam sambutannya Erman mengharapkan para narapidana yang ada untuk berusaha sekuat mungkin meningkatkan kemampuan lifeskillnya sehingga ketika keluar dari Lapas ini dapat hidup kembali dengan baik ditengah-tengah masyarakat. Kemudian agar life skill yang diberikan sesuai dengan permintaan pasar, seperti teknisi HP. Ini berkaitan dengan laporan dari Pengelola PKBM yang memberikan laporan keahlian yang sudah didapatkan oleh para tahanan serta rencana untuk memberikan keahlian refleksi bagi mereka pada program selanjutnya. Akhir pertemuan melawat ke PKBM yang ada, terlihat disitu berbagai macam hasil kerajinan para tahanan seperti sepatu, patung-patung, dan lain sebagainya.
Kunjungan di Kota Kediri ini diakhiri dengan kunjungan Erman dan rombongan ke SKB Kota Kediri didampingi oleh Kepala Dinas Pendidikan Kota Kediri, Bapak Maki Ali.


Malang dan Kediri
Kunjungan Direktur PTK-PNF ke Jawa Timur (2)


Setelah mengujungi SKB Kota Kediri, rombongan bertolak ke Malang, perjalanan yang ditempuh selama 3 jam. Melewati daerah pegunungan dan keindahan alam wisata Batu dimalam hari akhirnya rombongan sampai ke Malang pukul 19.00 WIB. Sebelum menghadiri pertemuan di P4TK Malang Direktur dan rombongan diudang makan malam oleh Dinas Pendidikan Kota Malang.
Sekitar 70 orang peserta diklat yang terdiri dari Pengelola TI dan Pengelola PKBM sudah berkumpul untuk mendapatkan pengarahan dari Direktur. Ketika menyampaikan materinya Erman memulai dengan isu-isu permasalahan dari Pengelola PKBM dan Pengelola TI, hal yang menjadi permasalahan dari pengelola pkbm adalah bagaimana memberdayakan masyarakat dengan life skill. Ini semua juga dengan adanya kenyataan bahwa PKBM merupakan tempat program-program pendidikan nonformal dilaksanakan seperti pendidikan kesetaraan, pendidikan keaksaraan, pendidikan anak usia dini, pendidikan kecakapan hidup, maka jelas pengelola PKBM sudah seharusnya memahami konsep pendidikan nonformal dan pendidik dan tenaga kependidikan pendidikan nonformal dengan sebaik-baiknya serta mampu dan mengerti konsep pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan nonformal, sesungguhnya inilah yang dikatakan dengan filosofi PKBM dari dan untuk masyarakat. Selain itu juga dituntut untuk mampu mengelola anggaran yang akan digunakan pengelola PKBM juga diharuskan menguasai konsep pemberdayaan masyarakat sebagai filosofi PKBM, dari masyarkat dan untuk masyarakat. Sedangkan bagi pengelola TI beliau mengharapkan agar berperan lebih aktif lagi di BPKB, khususnya membantu pendataan yang akan dilakukan Direktorat Pendidik dan Tenaga Kependidikan.
Setelah itu beliau mencoba untuk mengangkat permasalahan penyusunan standar kompetensi bagi pengelola PKBM dan Pengelola TI, ini merupakan hal penting yang harus diaksanakan dalam rangka mengetahui tupoksi dari 2 jenis ketenagaan tersebut, ini juga dimaksud sebagai acuan dalam peningkatkan mutu dari ke dua jenis PTK-PNF tersebut.
Keesokan harinya Erman melanjutkan roadshownya menuju ke Dinas Pendidikan Kota Malang, juga disana pertemuan dihadiri hampir 150 orang untuk mendengarkan kebijakan pemerintah khususnya bagi pendidikan nonformal. Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang, Bapak Sofwan, juga telah hadir disitu sebagai rasa penghormatan terhadap tamu, daerah Malang memang memiliki keramahan yang sangat luar biasa.
Kali ini selain dengan program Direktorat juga beliau juga memberikan apresiasi yang lebih terhadap Kabupaten Malang, sebagai satu-satunya Kabupaten yang mensukseskan program pemerintah dengan mengangkat hampir seluruh Tenaga Lapangan Dikmas (TLD) menjadi CPNS. Sedangkan Kota Malang ternyata juga melakukan hal yang sama terhadap Tutor, ini menurut Erman sudah sesuai dengan kebijakan pemerintah, yang terpenting lagi ini sesungguhnya sebuah kebijakan yang tepat karena adalah hal yang terbaik untuk mengangkat CPNS dari tenaga yang sudah berpengalaman.
Pertemuan ini juga mengungkap bahwa ternyata pada daerah Jawa Timur untuk pemberian insentif bagi Pendidik PAUD, Jawa Timur merupakan daerah terbesar yang belum memberikan datanya sehingga kuotanya masih kurang 3.383 orang. Sebelumnya seorang Ketua HIMPAUDI dari Kabupaten Malang mengungkapkan kekecewaannya karena banyak Pendidik PAUD yang tidak mendapatkan insentif padahal datanya sudah dikirimkan sejak lama. Erman menjelaskan bahwa insentif yang diberikan ini pada awalnya tahun 2006, akan tetapi karena adanya ketentuan bahwa penerima dana bantuan harus mempunyai rekening sendiri maka program ini tidak dapat dilakukan berkenaan waktu yang diberikan sangat singkat hanya dalam waktu 2 minggu. “Memang awalnya daerah Jawa Timur dengan cepat dapat memberikan data tersebut, akan tetapi ketika adanya persyaratan untuk juga mengumpulkan rekening maka kenyataannya menjadi seperti sekarang ini”, ujarnya. Ia juga mengharapkan pada kesempatan berikutnya agar mengikuti tahapan selanjutnya dalam pemberian insentif bagi Pendidik PAUD, karena sedang digodok upaya apa yang akan dilakukan terhadap sisa kuota ini. Ia juga mengharapkan agar peran HIMPAUDI Jawa Timur agar lebih aktif lagi.
Khusus untuk sertifikasi ia memberikan apresiasi kepada Kota Jombang yang telah melakukan kerjasama dengan Universitas Negeri Semarang, sedangkan Kabupaten Trenggalek melakukan kerjasama dengan Universitas Malang dalam rangka mempersiapkan para tutornya dengan mengikuti pelajaran yang diberikan Dosen terbang, bahkan jam pelajaran yang didapatkan tersebut kelak akan mendapat sks dari Perguruan Tinggi, ini semua dalam rangka peningkatan kualifikasi bagi para tutor.
Yang juga menarik adalah kenyataan yang terjadi di daerah Malang bahwa banyak Penilik yang tidak mendapatkan insentif dari Pemerintah, berkenaan dengan hal ini Erman menjelaskan adanya permasalahan pendataan yang terjadi selama ini bahwa untuk Penilik yang diberikan insentif kuotanya berkisar sekitar 6000 orang, akan tetapi ternyata Penilik itu semakin bertambah seiring dengan perkembangan pendidikan nonformal. Perlu kiranya IPI atau Dinas Pendidikan setempat melayangkan surat kepada Direktorat Jenderal Pendidikan NonFormal dan Informal dengan permasalahan ini.
Ketika salah satu dari peserta menanyakan peran home schooling dalam pendidikan nonformal maka untuk permasalahan home schooling saat ini Erman mengatakan memang sedang menjadi trend, akan tetapi di Indonesia ada perbedaan bahwa ternyata home schooling ini diminati oleh golongan menengah ke atas, sehingga adanya harapan bahwa ujian yang dilakukan bukan dari kesetaraan akan tetapi melalui jalur pendidikan formal.
Jawa Timur merupakan sebuah provinsi yang dijadikan contoh perkembangan pendidikan nonformalnya, karena penuh dengan inovasi-inovasi. Kiranya provinsi ini, khususnya pada daerah Malang bisa menjadi contoh bagi pengembangan pendidikan nonformal. Ini terlihat dari akhir safari Direktur mengunjungi sebuah tempat yang dapat dikatakan sebagai tempat pameran hasil produksi dari pendidikan nonformal, sebuah tempat dimana anak-anak bangsa yang peduli dengan pendidikan nonformal memperlihatkan karya-karyanya. Uniknya tempat ini tidak ubahnya seperti Mal-mal yang menawarkan hasil produk dengan kualitas yang sangat baik.

Tidak ada komentar: